Selasa, 06 April 2010

ILUSI, FANTASI, DAN IMAJINASI
Imajinasi dapat dipahami sebagai sumber dinamika kekuatan tersembunyi yang menggambarkan kekuatan citra realitas kedua yang dapat diwujudkan menjadi kenyataan dalam hidup sehari-hari. Karenanya, imajinasi sering juga dipahami sebagai abilitas kreatif, dan atau abilitas untuk menghadapi aneka masalah. Imajinasi bertahta pada otak dan pikiran yang aktif dan merespon dinamika hasrat insani setiap manusia. Pada sebagian manusia, imajinasi merupakan kreasi yang didorong oleh pikiran. Kemudian membuahkan beragam kreasi hidup manusia dalam proses pengembangan dayacipta, yang memiliki jarak tertentu dengan beragam asumsi yang dilahirkan oleh obsesi-obsesi. Bisa juga dikatakan, imajinasi sebagai sketsa dari suatu realitas yang belum ada, menjadi ada.

Imajinasi tumbuh dan berkembang kapan saja dan di mana saja.
Mimpi melahirkan ilusi, fantasi, dan imajinasi. Ilusi merupakan khayalan yang berkembang dan merasuk ke dalam otak manusia, sebagai pengembangan mimpi. Deskripsi abstraktif tentang sesuatu keadaan yang ditimbulkan oleh besarnya hasrat ideal yang tak diperolehnya di alam realis. Ilusi merupakan silap mata atau fatamorgana, yang bersifat hayali dan hanya bisa dialami di alam bawah sadar.

fantasi, merupakan eksplorasi mimpi yang berkembang di luar empirisma nalar manusia, dan terbebas dari berbagai indikator dan para meter realitas hidup pertama. Akan halnya imajinasi, merupakan pengembangan (dreams development) yang terukur, memenuhi indikator dan parameter imaginary. Parameter dan indikator realitas untuk mewujudkan mimpi dan angan-angan menjadi kenyataan.

Suatu kerangka abstraksi idealistika kehidupan nyata (cita-cita) yang dapat diwujudkan pada suatu kurun waktu (time line) tertentu, berdasarkan sejumlah kekuatan pendorongnya.
Imajinasi bukan khayalan, melainkan deskripsi abstrak dan ideal dari gagasan, ide, dan mimpi yang dapat diwujudkan. Karena itu, imajinasi memadukan secara serasi dan selaras intuitive reason dalam realitas pertama kehidupan.
Buah nalar di luar empirisma yang bisa diubah menjadi pengalaman empiristis. Baik dirangsang oleh persentuhan indria terhadap sesuatu yang sudah ada, ataupun penghampiran nalar terhadap sesuatu yang sebelumnya tidak ada.
Imajinasi, sesungguhnya telah diakrabi oleh sedemikian banyak manusia. Kendati demikian, pemahaman atas imajinasi, masih cenderung disalah-tafsirkan. Sebagian besar orang memahami imajinasi sebagai khayalan, yang sesungguhnya merupakan ilusi dan fantasi. Keduanya berbeda dengan imajinasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar